Arsitektur Bangunan Bersejarah yang Menarik di Indonesia – Candi Borobudur dan Candi Prambanan pasti menjadi favorit ketika Anda melihat bangunan bersejarah yang menarik di Indonesia. Namun Indonesia memiliki banyak bangunan bersejarah yang menawan di luar zaman Hindu-Buddha. Selama lebih dari 4 abad, masa kolonial juga banyak menghasilkan karya arsitektur yang memperkaya dunia arsitektur Indonesia.
Arsitektur Bangunan Bersejarah yang Menarik di Indonesia
vmiredetstva – Berbagai kombinasi elemen budaya dari berbagai ras, kebangsaan, dan agama mewarisi arsitektur bangunan bersejarah yang menawan dan berkontribusi pada perkembangan arsitektur negara. Melalui arsitektur bangunan bersejarah ini, kita belajar betapa pentingnya dan signifikannya sejarah perkembangan manusia. Kecerdasan dan imajinasi manusia dalam menyikapi kebutuhan fungsionalnya akan ruang menciptakan karya arsitektur yang luar biasa. Dedikasi terhadap arsitektur ini juga telah menciptakan arsitektur bangunan bersejarah menawan di Indonesia yang dikenal luas dan tak lekang oleh waktu.
1. Candi Borobudur
Candi Borobudur didirikan pada masa pemerintahan Raja Samaratunga dari Dinasti Syailendra pada tahun 825 Masehi. Candi Budha terbesar di dunia yang diakui UNESCO sebagai salah satu keajaiban dunia, tinggi 42 m, 10 tingkat diwakili oleh kamadhatu (orang yang terikat nafsu), Rupadhatu (orang yang terbebas dari nafsu, namun tetap terikat oleh penampilan dan bentuk) dan arupadhatu (manusia terbebas dari nafsu, penampakan manusia) dan bentuk).
Arsitek Gunadharma dengan susah payah mengukir 2.672 panel relief (yang panjangnya 6 km berturut-turut) yang digambarkan searah jarum jam. Candi Borobudur dibangun dengan teknologi canggih, menggunakan batu sungai yang tersusun rapi dengan sistem pengunci (saling mengunci). Sebagai candi Buddha, Borobudur dihiasi dengan 504 patung Buddha, dan kubah utama dikelilingi oleh 72 patung Buddha yang masing-masing duduk di dalam Stupa berlubang.
2. Candi Prambanan
Candi Prambanan erat kaitannya dengan legenda Roro Jonggrang. Dikenal juga dengan sebutan kompleks Seribu Candi, candi ini mempunyai banyak candi, candi induk setinggi 47 meter dan “menyaingi” candi Borobudur, simbol kejayaan agama Hindu dan era sekaratnya kerajaan Budha. Indonesia. Candi Prambanan dibangun untuk memuja Dewa Siwa, Dewa Pencair yang melebur segala sesuatu yang sudah usang dan tidak layak lagi untuk mengembalikan dunia fana ke tempat semula. Prambanan terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta. Candi Prambanan merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO, candi Hindu terbesar di Indonesia dan salah satu candi terindah di Asia Tenggara.
3. Gedung Sate
Jangan bingung membedakan Gedung Sate dengan bangunan berbentuk sate atau bangunan yang menjual berbagai jenis sate. Dibangun pada tahun 1920, gedung ini dikenal dengan nama Gedung Sate karena keunikannya yaitu terdapat 6 batang tongkat di puncak menara pusatnya, melambangkan 6 juta gulden yang dikeluarkan untuk membangunnya. Gedung ini sangat terkenal tidak hanya di kota Bandung tetapi juga di Jawa Barat dan Indonesia. Gedung Sate masih kokoh dan menjadi pusat pemerintahan Kota Bandung.
Gedung Sate terkenal dengan arsitekturnya yang megah serta kaya akan budaya dan sejarah. Pembangunannya membutuhkan 2.000 pekerja dari berbagai kelompok etnis, termasuk 150 tukang kayu terampil dan tukang batu dari Tiongkok.
Baca juga : Istilah Arsitektur untuk Memahami Proyek Konstruksi
4. Lawang Sewu
Dalam bahasa Jawa, Lawang Sewu berarti seribu pintu. Jumlah pintu pada rumah yang dibangun pada tahun 1907 ini memang banyak, namun tidak melebihi 1000 pintu. Lawang Sewu terletak di sisi timur Tugu Muda Semarang di sudut Jalan Pandanaran dan Jalan Pemuda. Bangunan tiga lantai yang mewakili arsitektur Belanda ini sangat khas, dengan banyak pintu dan jendela yang sangat tinggi dan lebar. Di lantai utama, dekat tangga menuju lantai dua, terdapat jendela kaca patri besar dengan gambar dua orang Belanda yang sangat tampan. Oleh karena itu, Lawang Sewu menjadi destinasi wisata eksotik yang sangat digemari berbagai kalangan.
5. Klenteng Sam Po Kong
Klenteng Sam Po Kong dulunya dikenal dengan nama Gedung Batu karena bentuknya yang menyerupai gua batu besar di atas bukit berbatu. Gedung Batu atau Kedong Batu artinya tumpukan batu alam yang digunakan untuk membendung Sungai Kaligarang pada abad ke-15. Kuil ini merupakan peringatan Sam Po Tay Djien, atau Laksamana Cheng Ho begitu ia lebih dikenal di Tiongkok, dan kini lebih dari sekadar tempat peringatan dan pemujaan. Klenteng ini memiliki perpaduan arsitektur budaya lokal dan Tionghoa dan terletak di kawasan Simongan, barat daya kota Semarang.
6. Pagoda Watugong
Pagoda Avalokitesvara atau biasa disebut Pagoda Mettakaruna artinya Pagoda Cinta dan Kasih Sayang. Terletak di kawasan Watugong (disebut demikian karena terdapat batu yang berbentuk seperti gong). Vihara Buddhagaya terdiri dari 5 bangunan dengan 2 bangunan utama yaitu Pagoda Avalokitesvara dan Vihara Dhammasala yang dibangun pada tahun 1955 dengan bahan yang didatangkan langsung dari Tiongkok. Pagoda Avalokitesvara tingginya 45m dan memiliki 7 tingkat yang meruncing ke atas, menandakan kesucian yang dicapai para petapa setelah mencapai tingkat 7 atau nibbana.
Perpaduan warna merah dan kuning pada pagoda ini identik dengan bangunan khas Tionghoa. Berukuran 15 x 15 meter dan berbentuk segi delapan, klenteng ini memiliki patung Dewi Kwan Im setinggi 5,1 meter di bagian dalam dan patung Panglima We Do di bagian samping. 2-6 jendela di tingkat ini terdapat patung dewi Kwan Im yang menghadap ke empat kardinal, melambangkan belas kasihan ke empat penjuru. Di puncaknya terdapat stupa yang menyimpan mutiara peninggalan Buddha. Namun, tidak ada tangga menuju puncak pagoda. Bangunan yang meraih rekor MURI sebagai pagoda tertinggi di Indonesia pada tahun 2006 ini memiliki total 30 patung.
7. Masjid Istiqlal
Masjid Istiqlal mencerminkan kesatuan keberagaman dan keberagaman agama yang ada di Indonesia. Masjid terbesar di Asia Tenggara dan Asia Timur ini dirancang oleh Frederich Silaban yang beragama Protestan. Dimulai pada 24 Agustus 1951 dan selesai pada 22 Februari 1978, masjid ini merupakan gaya arsitektur Islam modern internasional yang menerapkan bentuk geometris sederhana seperti kubus, bujur sangkar, dan kubah bulat raksasa yang dihiasi berbagai ornamen.
Kehadiran kubah berbentuk bola raksasa digunakan untuk menyampaikan kesan megah dan monumental. Uniknya, kubah raksasa Masjid Istiqlal ini dibuat dengan konsep arsitektur minimalis berbahan marmer putih dan stainless steel yang tahan lama, netral, simpel dan cocok untuk iklim tropis. Selain arsitektur Islam modern dan minimalis, arsitektur Timur Tengah diterapkan pada interior kubah masjid melalui hiasan kaligrafi.
Baca juga : Rekomendasi Buku Belajar Bahasa Inggris
8. Katedral
Gereja Katedral Jakarta megah setinggi 60m ini dibangun pada tahun 1891 untuk menggantikan gereja tua Belanda yang runtuh pada tanggal 9 April 1890 pukul 10:45 WIB, tepat 3 hari setelah Paskah. Setelah melewati beberapa kendala perizinan dan keuangan, gereja katedral akhirnya ditahbiskan pada tanggal 21 April 1901 dengan nama “De Kerk van Onze Lieve Vrowe ten Hemelopneming – Gereja Asumsi St Mary”. Konsep bangunan yang dibangun dengan dana 628.000 gulden yang dikumpulkan dari dana jemaah Indonesia ini berarsitektur neo-Gotik. Saat itu, pemerintah Belanda menilai gereja yang diciptakan oleh Pendeta Antonius Dijkmans ini “sangat kokoh” karena struktur bangunan dan material yang digunakan benar-benar merupakan pilihan terbaik.
9. Pura Besakih
Berdiri megah di kaki Gunung Agung di ketinggian 915 meter, kompleks Pura Besakih yang tampak menawan khas arsitektur Bali menjadi pusat aktivitas spiritual umat Hindu Dharma di pulau tersebut. dari Bali. Dibangun pada abad ke-11 M, kompleks candi ini memiliki 23 candi, dengan Candi Penataran Agung sebagai pusatnya. Sebagai induk pura di Bali, Pura Besakih masuk dalam Situs Warisan Dunia UNESCO setelah selamat dari letusan Gunung Agung pada tahun 1963.
10. Istana Bogor
Istana Bogor merupakan salah satu arsitektur bangunan bersejarah yang menawan di Indonesia. Selesai dibangun pada bulan Agustus 1744, istana tiga lantai ini sebelumnya dikenal sebagai Buitenzorg atau Sans Souci, yang berarti “tanpa kekhawatiran”. Istana Bogor awalnya merupakan bangunan 3 lantai yang diperuntukkan sebagai rumah liburan. Ini dirancang dan dibangun oleh Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron Van Imhoff sendiri antara tahun 1745 dan 1750 sebagai model arsitektur Istana Blehheim, kediaman Duke of Malborough dekat kota Oxford, Inggris. Tempat peristirahatan ini rusak parah akibat gempa susulan letusan Gunung Salak pada 10 Oktober 1834. Pada tahun 1850 Istana Bogor dibangun kembali, namun tidak lagi mempunyai beberapa lantai, karena disesuaikan dengan keadaan wilayah yang sering mengalami gempa.
Di bawah gubernur jenderal Albertus Jacob Duijmayer van Twist (1851-1856), bangunan-bangunan tua bekas gempa dibongkar dan dibangun sesuai dengan konsep arsitektur Eropa abad ke-19. Sejak saat itu, bentuk bangunan Istana Bogor berangsur-angsur berubah, termasuk pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Belanda Herman Willem Daendels dan Gubernur Jenderal Inggris Sir Thomas Stamford Raffles. Sejak tahun 1850, rumah liburan ini disulap menjadi istana dengan luas outdoor 28,4 hektar dan luas terbangun 14.892 m². Baru pada tahun 1950 gedung ini dibuka sebagai istana Presiden Indonesia.