Mengenal Tentang Ciri khas Rumah Honai Di Papua

Mengenal Tentang Ciri khas Rumah Honai Di Papua

Mengenal Tentang Ciri khas Rumah Honai Di Papua – Rumah adat Honai merupakan salah satu rumah adat yang sagat familinar di telinga. Rumah adat ini merupakan rumah khas yang dihuni suku Dani di sebuah lembah bernama Lembah Baliem. Lembah Baliem tepatnya terletak di Wamena, ibu kota Bupati Jayawijaya di Provinsi Papua.

Mengenal Tentang Ciri khas Rumah Honai Di Papua

Mengenal Tentang Ciri khas Rumah Honai Di Papua

vmiredetstva – Situs indonesia.go.id melaporkan bahwa Suku Dani merupakan suku asli Papua yang tinggal di lembah pegunungan pada ketinggian antara sekitar 1.600 hingga 1.700 dpl. Rumah tradisional Honai suku Dani ini ditemukan oleh Richard Archbold pada ekspedisinya pada tahun 1983.

Arsitektur Rumah Tradisional Honai
Rumah adat Honai ini mempunyai arsitektur melingkar. Tahukah kamu kalau bentuk lingkaran ini terinspirasi dari sarang burung?

Dalam buku Round House (2018) karya Fangnania T. Rumthe, dikutip bahwa dahulu suku Dani secara tidak sengaja memperhatikan bagaimana burung Mereka membangun sarangnya dengan ranting-ranting kayu dan rumput kering. Melalui kegiatan penuh perhatian tersebut, masyarakat Dani yang tinggal di Lembah Baliem kemudian belajar membangun rumah. Sebelumnya suku Dani tidak memiliki rumah dan hanya mengandalkan pohon besar sebagai tempat berteduh.

Rumah bulat berbentuk jamur ini tingginya hanya sekitar 2,5dan dibangun dengan material yang disediakan oleh alam.

Atap rumah ini terbuat dari jerami dan rumput alang-alang. Dinding rumah Honai terbuat dari papan kayu kasar atau biasa disebut papan cincang berbentuk tajam yang ditancapkan ke dalam tanah. Tiang-tiang bangunan ini terbuat dari balok-balok kayu sehingga mampu menopang Honai dengan kokoh.

Seperti terlihat pada foto, rumah adat ini hanya memiliki sedikit pintu dan jendela untuk melindungi seluruh rumah dari dinginnya udara Lembah Baliem.

Proses pembuatan rumah adat Honai
Ibarat membangun rumah, membangun rumah adat Honai memerlukan proses. Fangnania T. Rumthe menjelaskan dalam bukunya Round House (2018) bahwa masyarakat Dani akan menggali tanah untuk menempatkan tiang penyangga di titik tengah Honai.

Proses konstruksi selanjutnya terdiri dari penggalian kembali tanah di sekitar tiang pancang melingkar, di mana papan yang dipotong tajam kemudian dipalu hingga membentuknya dari lingkaran penggalian berikut. Jangan lupa, setiap kali papan potong ditanam di tanah, perlu diikat dengan tali rotan agar tetap aman.

Setelah struktur bangunan selesai, proses konstruksi dilanjutkan dengan pemasangan rangka atap kayu dan penempatan alang-alang yang diikat sebagai pengisi atap.

Langkah terakhir adalah membuat alas dari tanaman sejenis rotan yang halus dan lentur serta membuat kompor yang berfungsi sebagai pemanas saat tidur atau saat proses memasak, seperti ubi panggang.

Lokasi Rumah Honai
Papua merupakan wilayah paling timur Indonesia yang mempunyai keunikan tersendiri. Kekayaan alam yang kaya menyediakan bahan bangunan alami yang berkualitas dan siap pakai. Namun Papua saat ini belum sepadat Pulau Jawa, arsitektur yang berkembang cenderung arsitektur asli.

Honai adalah nama rumah adat suku Dani yang tinggal di Lembah Baliem di Kabupaten Jayawijaya, Papua. Rumah Honai merupakan rumah adat tradisional dengan kesederhanaan arsitektur, terletak di lembah dan pegunungan di tengah Pulau Papua, tepatnya pada ketinggian 2500di atas permukaan laut.

Rumah Honai Di Papua

Rumah adat di Papua atau biasa disebut Honai merupakan adaptasi arsitektur kawasan hutan tropis yang berfungsi melindungi penghuninya dari kondisi alam kawasan tersebut. Di bawah ini kita akan membahas satu per satu elemen arsitektur Honai.

Bentuk Rumah Honai
Honai berbentuk seperti jamur, alasnya berbentuk lingkaran dengan Strukturnya terbuat dari kayu dengan dinding anyaman dan atap jerami berbentuk kerucut. Dimensinya yang relatif kecil dan sempit, hal ini bertujuan untuk mencegah udara dingin masuk ke tubuh penumpang.

Tingginya hanya 2,5dan di tengahnya terdapat tempat perapian untuk menghangatkan diri di malam hari. Tidak ada elemen jendela karena tidak efisien membuat jendela dalam kondisi cuaca seperti itu. Biasanya terdapat pintu masuk dengan beberapa ventilasi yang masih terlindung dari masuknya hewan liar.

Macam-macam Rumah Honai
Honai digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu Honai untuk laki-laki (honai ), untuk wanita (Ebei) dan babi (Wamai). Honai biasanya mempunyai dua lantai yang dihubungkan dengan tangga.

Fungsi Rumah Honai
Honai selain sebagai tempat tinggal, juga digunakan sebagai tempat menyimpan perlengkapan perang, mendidik dan mendidik anak-anak agar menjadi orang yang berguna di masa depan, merencanakan atau mengatur strategi perang, dan alat atau simbol untuk melestarikan kehormatan. masyarakat adat.

Bahan Pembuatan Rumah Honai
Bahan yang digunakan dalam produksi Honai 100% alami dan terbarukan. Lantai tanah, dinding anyaman, dan atap jerami merupakan material yang sangat ramah lingkungan. Inilah contoh arsitektur generasi masa kini yang sudah diterapkan oleh nenek moyang kita di Indonesia jauh sebelum dikenalnya ilmu arsitektur hijau.

Baca Juga : Ide Dekorasi Rumah Sederhana Dan Elegan

Keunikan Rumah Adat Honai Papua
Suku Dani di Lembah Baliem, Papua masih menjaga dan mengamalkan tradisi nenek moyang secara turun temurun. Salah satunya adalah tetap tinggal di rumah adatnya yang bernama Honai, yang kini juga ditetapkan sebagai rumah adat Provinsi Papua. Honai memiliki ciri arsitektur khusus dengan atap jerami atau jerami. Apa saja keunikan rumah adat Honai lainnya? Yuk Pins, simak pembahasannya di bawah ini.

Bentuknya unik
Keunikan Rumah Honai yang paling mencolok adalah ukurannya yang kecil dan mengingatkan saya dari jamur. Bahan yang digunakan untuk membuatnya juga cukup sederhana, hanya terdiri dari kayu dan jerami. Meski terlihat sangat sederhana, Honai mampu menampung banyak orang. Honai tidak memiliki ruang tamu, kamar tidur, dan dapur seperti rumah kebanyakan, melainkan hanya sebuah ruangan besar dengan perapian di tengahnya sebagai tempat berkumpul dan menghangatkan diri. Selain itu, di Honai tidak terdapat jendela untuk mencegah serangan binatang buas dan udara dingin.

Meski tampak kecil, Honai biasanya memiliki dua tingkat yang dihubungkan dengan tangga kayu. Bagian bawah berfungsi sebagai tempat bertemu dan menerima tamu, sedangkan bagian atas sebagian besar digunakan sebagai tempat tidur. Untuk memasuki Honai kita harus sedikit membungkuk karena pintunya tidak terlalu tinggi. Begitu pula kita tidak bisa berdiri tegak saat berada di dalam ruangan.

Banyak fungsi
Apa yang membuat rumah tradisional Honai unik? Jawabannya, fungsinya bukan hanya sekedar tempat tinggal. Honai digunakan sebagai tempat berkumpulnya warga untuk berdiskusi dan berdiskusi berbagai hal, mulai dari topik adat hingga penyelesaian masalah. Honai juga digunakan sebagai kandang babi dan hewan ternak lainnya, gudang untuk menyimpan hasil panen, dan yang paling fenomenal, tempat untuk mengasapi mumi.

Pemisahan dari Honai
Sebenarnya istilah Honai lebih merujuk pada rumah adat yang hanya dihuni oleh laki-laki. Para wanita tersebut kini tinggal di rumah lain bernama Ebe’ai. Keduanya menawarkan ruang bagi banyak anggota keluarga. Namun perempuan dilarang keras memasuki Honai, meski ada suami, anak, atau anggota keluarga lainnya di sana.

Ebe’ai tidak hanya digunakan sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai tempat mendidik anak perempuan. Selain itu, pasangan suami istri yang ingin berhubungan seks dapat melakukannya di Ebe’ai meski tidak ada orang di sekitar.